Al Qasim bin Asakir menceritakan tentang Sulaim bin Ayyub -seorang
ulama yang berkonsentrasi dalam bidang fikih dilihat dari
karya-karyanya-. Beliau berkata mengenai Sulaim, “Sulaim biasanya
mengintrospeksi dirinya setiap desahan nafasnya. Beliau tidak pernah
membiarkan waktu tanpa faidah. Beliau pasti mengisi waktunya dengan
menyalin tulisan, belajar atau membaca. Sulaim bin Ayyub juga biasa
menggerakkan kedua bibirnya (berdzikir) sampai seolah-olah bibirnya
sedang meruncingkan pensil.” (Siyar A’lamin Nubala’, 17: 646)
Itulah satu teladan lagi yang bisa kita ambil dari para salaf. Waktu
mereka selalu tersibukkan dengan dzikr, menulis, belajar dan membaca.
Kita juga dapat melihat kisah Abul Wafa bin Abu Aqil yang
menceritakan tentang dirinya sendiri. Beliau berkata, “Sesungguhnya aku
tidak pernah membiarkan diriku membuang-buang waktu meski hanya satu jam
dalam hidupku. Sampai-sampai apabila lidahku berhenti berdzikir atau
berdiskusi dan pandangan mataku juga berhenti membaca, segera pikiranku
aktif kala aku beristirahat dengan berbaring. Ketika terbangun, pasti
sudah terlintas pada pikiranku tentang apa yang mesti aku tulis. Dan
ternyata aku mendapati hasratku untuk belajar pada umur 80-an. Waktu
belajar saat itu lebih semangat daripada ketika aku berusia 20-an.” (Al Muntazhim, Ibnul Jauzi, 9: 214)
Lihatlah contoh salaf lainnya di atas, waktunya tidak pernah
tersia-siakan, selalu terisi dengan menulis dan terus dalam pikirannya
punya hasrat untuk menulis sampai-sampai ketika ingin berbaring. Maka
demikianlah seharusnya yang menjadi contoh dalam keseharian kita. Ketika
mendapati faidah ilmu, selalu dicatat dan diingat. Dalam pikiran pun
selalu teringat akan ilmu.
Kata Yahya -guru Ibnul Jauzi-, “Waktu akan semakin berharga bila
dijaga dengan baik, tapi aku melihat waktu itu sesuatu yang paling mudah
dilalaikan.” (Dzail Thobaqotil Hanabilah, 1:281)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untuknya.” (HR. Tirmidzi no. 2317. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Semoga sajian singkat ini semakin mengingatkan kita untuk mengisi waktu dengan hal berfaedah.
Wallahu waliyyut taufiq.
Panggang-Gunung Kidul, 11st Sya’ban 1432 H (13/07/2011)
www.rumaysho.com
www.rumaysho.com